Jumat, 16 Mei 2014

Enam Fakta yang Terjadi dengan Banjarnegara

Lambang Kota Banjarnegara

Belum lama ini aku silaturahmi dengan beberapa komunitas yang ada di Banjarnegara kota kecilku yang sangat nyaman ditinggali. *dulu
Nah, dengan silaturahmi banyak hal yang baru aku dapatkan tentang fakta-fakta yang terjadi selama lima tahun aku tinggal.
Banjarnegara, kenapa aku tertarik dengan kota ini, padahal kota ini bukanlah kota yang dapat memberikan kehidupan terbaik. Hmmm,,,, i think just simple reason. Itu karena aku melihat potensi luar biasa dari kota ini. hmmm.... sayang potensi ini tidak di dukung dengan pemuda, komunitas, bahkan pemerintahnya.

Fakta-faktanya:
1. Komunitas di Banjarnegara masih hidup sendiri-sendiri, mereka hanya menguatkan komunitasnya sendiri.
2. Pemuda-pemudanya, setelah lulus Sekolah Menengah Keatas (Setara). Faktanya mereka bekerja di luar kota, atau melanjutkan kuliah di luar kota dan memilih hidup di luar kota setelah lulus.
3. Pemerintah Banjarnegara, faktanya memang pemerintah banjarnegara sangat kurang dalam mengapresiasi kegiatan pemuda selain event2. Padahal non event seperti keberlangsungan komunitas anak-anak (rumah belajar) untuk pengembangan desa yang terbatas itu sangat penting.
4. Tidak adanya media di Banjarnegara, ini salah satu fakta paling berharga untuk kota ini. Media digunakan sebagai kontrol sosial pemerintah atau pemegang kekuasaan terhadap publik. Jadi faktanya adalah terlalu lama kita tidak tahu apa yang pemerintah lakukan dengan semua jenis keuangan atau pembangunan di kota kecil ini, tidak hanya itu media berguna memberikan informasi kepada masyarakat dari pemerintah atau segala pihak dan sebaliknya.
5. Munculnya krucil-kricul hal yang berbau perusakan kota kecil ini seperti karaoke esek-esek yang sangat rawan bahkan bukti sudah saya dapatkan, banyaknya anak dibawah umur mabuk mungkin juga ada kegiatan *seks disana, dan juga diskotik yang sudah menjalar dimana-mana. Fakta parahnya yang saya dapat dari hasil wawancara adalah mereka didukung dengan semua pemegang kekuasaan bahkan pemegang hukum. Apa yang terjadi?
6. Banyaknya wilayah atau tanah yang harusnya untuk perkebunan, pertanian, kini berubah menjadi ruko-ruko berjajaran dijalan. Faktanya, kesejahteraan petani kita dikemanakan?

Baru 6 fakta terbaru dari kota kecil ini, so masihkah kita diem! Nah apa yang mau kalian sumbangkan  untuk kota kita tercinta? Ide? Dana untuk pengembangan? atau kalian ingin sharing masalah ini, saya berinisiasi untuk melakukan hal terkecil dulu dengan teman-teman komunitas yang baru sedikit saya hubungi, saya ingin sekali semua pemuda dengan segala background kegiatannya duduk bersama membahas tentang kota kita ini. 


Belum lama ini aku silaturahmi dengan beberapa komunitas yang ada di Banjarnegara kota kecilku yang sangat nyaman ditinggali. *dulu

Nah, dengan silaturahmi banyak hal yang baru aku dapatkan tentang fakta-fakta yang terjadi selama lima tahun aku tinggal.

Banjarnegara, kenapa aku tertarik dengan kota ini, padahal kota ini bukanlah kota yang dapat memberikan kehidupan terbaik. Hmmm,,,, i think just simple reason. Itu karena aku melihat potensi luar biasa dari kota ini. hmmm.... sayang potensi ini tidak di dukung dengan pemuda, komunitas, bahkan pemerintahnya.

Taukah anda faktanya sebuah kota itu hidup adalah hidupnya komunitas didalamnya, hidup dengan saling mendukung, dan terjadi interaksi satu dengan yang lain. Sebuah kota dengan komunitas yang kuat akan menguatkan kontrol sosialnya, jadi fungsi media dapat digantikan dengan adanya komunitas yang solid.

ITUKAH KAMU? 

WE CAN CHANGES, IF WE TO BE ONE

Napak Tilas Banjarnegara Satu

Luar biasa! itu kata yang aku ucap ketika melihat kota kecilku yaitu Banjarnegara. 

Banjarnegara adalah adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya namanya juga Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah.


Topografi wilayah ini sebagian besar (65% lebih) berada di ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Secara rinci pembagian wilayah berdasarkan topografi.
Sungai Serayu mengalir menuju ke Barat, serta anak-anak sungainya termasuk Kali Tulis, Kali Merawu, Kali Pekacangan, Kali Gintung dan Kali Sapi. Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sumber irigasi pertanian.
Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, serta suhu rata-rata 20°- 26° C.

Kabupaten Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas 266 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Banjarnegara, untuk Kecamatan Terluas adalah Kecamatan Punggelan yang juga memiliki penduduk terbanyak.

Sejarah Banjarnegara

Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.

Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara. Gubermen (pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran pangkat "Adipati" dan tanda kehormatan "Bintang Mas" Tahun 1896 beliau wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII. Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat "Adipati Aria" Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 beliau berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, beliau keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 zaman, yaitu zaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945 - 1949). Ia mengalami sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan berakhir "Bapak Bupati". Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah : R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)
  • Mas Ngabehi Atmodipuro (1878-1896)
  • Raden Mas Jayamisena (1896-1927)
  • Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro (1927-1949)
  • Raden Sumitro, Tahun 1949 - 1959.
  • Raden Mas Soedjirno, Tahun 1960 - 1967.
  • Raden Soedibjo, Tahun 1967 - 1973.
  • Drs. Soewadji, Tahun 1973 - 1980.
  • Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 - 1986.
  • H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 - 1991.
  • Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 - 1996.
  • Drs.H.Nurachmad, tahun 1996 - 2001.
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, tahun 2001-2006
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, tahun 2006-2011
  • Sutedjo dan Wabup : Hadi Supeno tahun 2011-2016

Tanggal 17 Agustus 1967 merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Banjarnegara yang ditandai pembukaan selubung Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara oleh Bupati Banjarnegara ke-7, M.Soedjirno, di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRDGR), setelah disyahkan DPRDGR Kabupaten Banjarnegara 11 Agustus 1967.
LAMBANG Daerah itu "diukir" oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan "Sayembara Lambang". terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966.

SESANTI / SURYA SENGKALA Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tentang Lambang Daerah. Sesanti tersebut berbunyi : "WANI MEMETRI RAHAYUNING PRAJA" Yang mempunyai makna : Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir bathin bagi rakyat dan pemerintahannya.

Obyek wisata yang ada di Banjarnegara, antara lain:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banjarnegara

Itu semua kilas balik Banjarnegara, nah apa yang akan aku ceritakan tentang kota kecil yang sangat menjadi idaman masa-masa tua. To Be Continue...