Kamis, 27 Februari 2014

Adik ku Wisnu Ferdi Mochammad


Perbincang dan bernyanyi bersama saat mati listrik sudah menjadi kebiasaan lama dalam keluargaku, mulai dari benyanyi ala koes plus hingga Mc Jegger. Itu dulu ketika Bapak masih ada ditengah-tengah kehangatan keluarga kecil ini. Mungkin sudah satu tahun setengah lamanya Bapak pergi dengan menyisakan kenangan yang selalu indah dan sedikit ingatan tentang suaranya yang sangat kuat dan merdu. Lagu ayah selalu Bapak nyanyikan kala itu. 

Dan kini giliranku, petikan yang berbeda rasanya. Ayah. 

Malam ini suasana mati listrik tidak seperti biasa, aku dikamar menyalakan leptop membuka chord dengan sisa-sisa tenang batrenya. Dan sedikit iseng membuat lirik-lirik yang saling aku sambung. Rumah sangat sepi hanya ada suara Ibu dengan De Al yang berbincang tentang cucu pertamanya. 

Beberapa saat sedang asik memetik beberapa bait, Wisnu Ferdy Mochammad nama yang lumayan beda di rumah ini, dia adik terakhirku, dia memang berbeda, dia masuk dan tidur di kasurku.

Sesekali dia bertanya meski aku sedikit tidak menghiraukannya karena keasikan dengan note-note-ku. Pertanyaan mulai dari seputar kehidupan yang kadang menurut dia tidak masuk akal, dan segala jenis cobaan yang Allah berikan hingga takdir-takdir yang di konspirasi, seperti hukum karma. Yang aku jawab memang ada, bagi yang menanam kebaikan pasti akan mendapat kebaikan juga, begitu juga sebaliknya. Lalu dia bertanya kalau dulunya dia jahat lalu bertaubat masih bisa mendapat hukuman itu tidak? Aku jawab Allahu a’alam namun Allah Maha pengampun, bisa jadi dosamu akan dihapus dengan kebaikan yang kamu tanam dengan tobat yang sungguh-sungguh.
Awal dari perbincangan itu, aku menangkapnya.
hmmm,,, itu kenapa aku tulis bahwa adikku yang satu ini berbeda. Dia tidak seperti anak seusianya yang sedang sibuk dengan berbagai macam problema sekolah dan kehidupan diluarnya.

Wisnu, seorang yang selalu dirinya berbeda dengan teman-temannya. Dia berpikir bahwa apa yang ada di otak dia berbeda dengan anak seusia dia. Wisnu yang lahir tanggal 8 Februari 1996, memiliki sifat yang keras dengan segala keinginan yang tidak bisa dia ungkapkan.

Seorang iluminolog aku sebut, karena sangat tertarik dengan iluminati dan anti iluminati. Seorang laki-laki yang memiliki wajah yang sama dengan Bapak saat usia muda. Seorang jenius dalam dunia gambar. Dan seorang yang bercita-cita menjadi seniman.

Wisnu selalu cemas dengan keadaan bangsa yang semakin kacau, prihatin dengan keadaan remaja Indonesia dengan pola pikir yang tidak ada kemajuaannya.

Entah apa aku seperti bercermin jika melihat dia, ada hal yang sama  dengan ku, hanya titik balikku lebih cepat aku dapatkan ketimbang dia. 

Pertanyaan dia yang tidak main-main untuk anak seusia dia, kadang membuatku harus memutar otak karena ketakutanku akan kesalahan dari jawaban yang nantinya aku berikan.

Harusnya dia sekarang sedang berkutat dengan Ujian Akhir Nasional tetapi tidak, dia harus menunda sekolahnya setahun. Bukan karena dia tidak pintar, bahkan dia anak yang pintar di Sekolahnya. Tetapi karena incident yang membuat dia harus menunda sekolahnya.

Masih dengan petikan kecil aku sekarang yang bertanya, "Nu, jawab yang jujur ya? Aku penasaran tentang kejadian sebelum kamu mengalami kecelakaan berat itu. Apa yang kamu pikirkan, itu bunuh diri?"

Agak sedikit lama dia menjawab, mungkin berpikir. 
“Iya, itu yang aku pikir, itu jawabannya. Aku ikut dengan Bapak. Karena tidak ada yang menginginkan aku.”
Memang setelah Bapak meninggal sebulan sebelum puasa Ramadhan, wisnu mengalami perubahan dari sifatnya yang kasar dengan ibu dan kakak-kakaknya. Kekasaran yang luar biasa hingga ibu memuncak marahnya malam sebelum kecelakaan. 

“Jangan sekali-kali kau sakiti hati Ibu yang sudah mengandung dan merawatmu, karena sakit hatinya, sakit hati Allah juga”

Wisnu yang aku lihat memang seperti bukan dia benar-benar menakutkan, dia malam itu sedang berada di rumah sebelah. Rumah ku memang terbagi menjadi dua tempat, dia terbiasa di rumah sebelah yang sepi jika malam. Kata dia malam itu dia melihat obat Bapak ada dibawah TV jadi dia benar-benar berniat bunuh diri dengan meminum obat itu semuanya. Dan karena dia dapat sms dari temannya untuk bertemu malam itu dia meng-iyakan. Akhirnya dia naik motor dengan keadaan setengah sadar setelah meminum semua obat Bapak. 
Malam itu pukul satu dini hari kata ibu, karena posisi aku sedang tidak dirumah melainkan di Semarang. Ada teman wisnu yang mengetuk pintu dan untungnya malam itu kakak ku sedang tidur di rumah dan dia yang membukaan pintu, katanya wisnu kecelakaan di Sokanandi (nama tempat dikotaku)
Dengan sigap kakakku langsung ke TKP, yang dia lihat wisnu dengan luka parah dimuka dan kaki masih didudukan dipinggir jalan. Sebenernya bagian ini yang aku tidak suka, polisi di Indonesia (meski tidak semua) selalu menginstrogasi tanpa melihat kondisi, jelas-jelas darah adikku itu benar-benar keluar terus. Dan butuh waktu setengah jam untuk membawa dia ke rumah sakit. Kakakku yang melihat wisnu itu seperti ling-lung sehingga dikira polisi adikku itu mabuk. Padahal dia sedang tidak sadar karena meminum obat sakitnya Bapak.
Aku baru dikabari ibu paginya, dan kebetulan saat itu sedang I’tikaf di Maskam. Jujur perasaanku saat itu carut-marut. Antara aku pulang atau tidak. Karena kata ibu jangan pulang dulu, entah kenapa? Ternyata ibu curhat sedang tidak ada uang untuk biaya rumah sakit. Aku di Semarang membantu mencari uang untuk membantu ibu karena luka adikku memang parah.
Itu mungkin akan menjadi titik balik seorang wisnu, sungguh sekali lagi aku saat itu merasa seperti ditimpa batu dadanya. Baru berkabung dengan kehilangan Bapak belum satu bulan sudah dengar cobaan baru lagi. 
Namun batinku saat itu, jika ini adalah cara Allah mempercayakan hambanya dengan segala hal yang  ada hingga melihat seberapa kuat hambanya ini.
Kembali keperbincangan dengan wisnu,”Untung aku enggak mati ya mbak?” “ Itu tandanya Allah masih member kesempatan untuk kamu perbaiki diri kamu.” 
Aku ceritakan bahwa sebenarnya mudah saja bagi Allah mematikan hidup seseorang, namun percaya deh nu, kalau Allah memberikan kesempatan ini bukan lah sembarang kesempatan. Mungkin dari ribuan kesempatan yang ada ini yang sangat berharga. Coba kamu pikirkan. Untuk saat ini mungkin kamu bukan orang yang baik, namun sebenarnya Allah menciptakan manusia itu dengan misi mereka dari harfiahnya yaitu menebarkan kebaikan.
Kesedihanku sebenarnya ketika seorang adikku punya pikiran ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sekali lagi aku seperti bercermin, dulu sebelum aku menemukan titik balikku saat awal masuk SMP sempat aku benar-benar merasa muak dengan semua orang yang ada di sekelilingku yang membuatku merasa aku tidak pantas berada di bumi ini, (akan di ceritakan lain waktu di “titik balik”) aku pernah mencoba ingin bunuh diri, baru ingin. Tapi yang ini benar-benar sudah dan Allah masih menyelamatkannya. 
“Nu, setiap orang punya cerita dan kisah hidup yang berbeda-beda mungkin ada A,B,C,D. Namun satu yang harus kita ingat, disetiap kejadian dalam hidup kita ada hikmah yang harus kita telaahi. Mungkin kita pernah melakukan ketidak baikan dihari-hari sebelumnya sehingga banyak ketidak seimbangan dalam hidup kita, makanya sering-seringlah kita mengingat Allah dengan solat yang baik. Percaya deh dengan kebaikan yang kita lakukan akan memancarkan aura kebaikan kita kelingkungan dan itu dapat membuat kita lebih percaya diri.”
Kadang jalan kita untuk menaiki tangga titik balik itu memang akan banyak sekali cobaan, tetapi selalu berusaha agar istiqomah terus menerus tanpa henti, InsyaAllah segalanya akan lebih baik.
Wisnu, aku percaya kamu akan menjadi seseorang yang berbeda dengan yang lain, jadilah orang yang berbahagia di dunia ini, tebarkan aura kebaikanmu ke orang banyak. Beranilah bercita-cita, tidak ada kata terlambat, asah terus keahlian mu. Jadilah seorang imam yang baik suatu saat nanti. Ceritakan pada dunia, bahwa berbagi kebahagiaan adalah kepentingan yang mutlak kita lakukan sebagai manusia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar