Perbincang
dan bernyanyi bersama saat mati listrik sudah menjadi kebiasaan lama dalam
keluargaku, mulai dari benyanyi ala koes plus hingga Mc Jegger. Itu dulu ketika
Bapak masih ada ditengah-tengah kehangatan keluarga kecil ini. Mungkin sudah
satu tahun setengah lamanya Bapak pergi dengan menyisakan kenangan yang selalu
indah dan sedikit ingatan tentang suaranya yang sangat kuat dan merdu. Lagu
ayah selalu Bapak nyanyikan kala itu.
Dan
kini giliranku, petikan yang berbeda rasanya. Ayah.
Malam
ini suasana mati listrik tidak seperti biasa, aku dikamar menyalakan leptop
membuka chord dengan sisa-sisa tenang batrenya. Dan sedikit iseng membuat
lirik-lirik yang saling aku sambung. Rumah sangat sepi hanya ada suara Ibu
dengan De Al yang berbincang tentang cucu pertamanya.
Beberapa
saat sedang asik memetik beberapa bait, Wisnu Ferdy Mochammad nama yang lumayan
beda di rumah ini, dia adik terakhirku, dia memang berbeda, dia masuk dan tidur
di kasurku.
Sesekali
dia bertanya meski aku sedikit tidak menghiraukannya karena keasikan dengan
note-note-ku. Pertanyaan mulai dari seputar kehidupan yang kadang menurut dia
tidak masuk akal, dan segala jenis cobaan yang Allah berikan hingga
takdir-takdir yang di konspirasi, seperti hukum karma. Yang aku jawab memang
ada, bagi yang menanam kebaikan pasti akan mendapat kebaikan juga, begitu juga
sebaliknya. Lalu dia bertanya kalau dulunya dia jahat lalu bertaubat masih bisa
mendapat hukuman itu tidak? Aku jawab Allahu a’alam namun Allah Maha pengampun,
bisa jadi dosamu akan dihapus dengan kebaikan yang kamu tanam dengan tobat yang
sungguh-sungguh.
Awal
dari perbincangan itu, aku menangkapnya.
hmmm,,,
itu kenapa aku tulis bahwa adikku yang satu ini berbeda. Dia tidak seperti anak
seusianya yang sedang sibuk dengan berbagai macam problema sekolah dan
kehidupan diluarnya.
Wisnu,
seorang yang selalu dirinya berbeda dengan teman-temannya. Dia berpikir bahwa
apa yang ada di otak dia berbeda dengan anak seusia dia. Wisnu yang lahir
tanggal 8 Februari 1996, memiliki sifat yang keras dengan segala keinginan yang
tidak bisa dia ungkapkan.
Seorang
iluminolog aku sebut, karena sangat tertarik dengan iluminati dan anti
iluminati. Seorang laki-laki yang memiliki wajah yang sama dengan Bapak saat
usia muda. Seorang jenius dalam dunia gambar. Dan seorang yang bercita-cita
menjadi seniman.
Wisnu
selalu cemas dengan keadaan bangsa yang semakin kacau, prihatin dengan keadaan
remaja Indonesia dengan pola pikir yang tidak ada kemajuaannya.
Entah
apa aku seperti bercermin jika melihat dia, ada hal yang sama dengan ku,
hanya titik balikku lebih cepat aku dapatkan ketimbang dia.
Pertanyaan
dia yang tidak main-main untuk anak seusia dia, kadang membuatku harus memutar
otak karena ketakutanku akan kesalahan dari jawaban yang nantinya aku berikan.
Harusnya
dia sekarang sedang berkutat dengan Ujian Akhir Nasional tetapi tidak, dia
harus menunda sekolahnya setahun. Bukan karena dia tidak pintar, bahkan dia
anak yang pintar di Sekolahnya. Tetapi karena incident yang membuat dia harus
menunda sekolahnya.
Masih
dengan petikan kecil aku sekarang yang bertanya, "Nu, jawab yang jujur ya?
Aku penasaran tentang kejadian sebelum kamu mengalami kecelakaan berat itu. Apa
yang kamu pikirkan, itu bunuh diri?"
Agak
sedikit lama dia menjawab, mungkin berpikir.
“Iya, itu yang aku pikir, itu jawabannya. Aku ikut dengan Bapak. Karena tidak ada
yang menginginkan aku.”
Memang
setelah Bapak meninggal sebulan sebelum puasa Ramadhan, wisnu mengalami perubahan
dari sifatnya yang kasar dengan ibu dan kakak-kakaknya. Kekasaran yang luar
biasa hingga ibu memuncak marahnya malam sebelum kecelakaan.
“Jangan
sekali-kali kau sakiti hati Ibu yang sudah mengandung dan merawatmu, karena
sakit hatinya, sakit hati Allah juga”
Wisnu
yang aku lihat memang seperti bukan dia benar-benar menakutkan, dia malam itu
sedang berada di rumah sebelah. Rumah ku memang terbagi menjadi dua tempat, dia
terbiasa di rumah sebelah yang sepi jika malam. Kata dia malam itu dia melihat
obat Bapak ada dibawah TV jadi dia benar-benar berniat bunuh diri dengan
meminum obat itu semuanya. Dan karena dia dapat sms dari temannya untuk bertemu
malam itu dia meng-iyakan. Akhirnya dia naik motor dengan keadaan setengah
sadar setelah meminum semua obat Bapak.
Malam
itu pukul satu dini hari kata ibu, karena posisi aku sedang tidak dirumah
melainkan di Semarang. Ada teman wisnu yang mengetuk pintu dan untungnya malam
itu kakak ku sedang tidur di rumah dan dia yang membukaan pintu, katanya wisnu
kecelakaan di Sokanandi (nama tempat dikotaku)
Dengan
sigap kakakku langsung ke TKP, yang dia lihat wisnu dengan luka parah dimuka
dan kaki masih didudukan dipinggir jalan. Sebenernya bagian ini yang aku tidak
suka, polisi di Indonesia (meski tidak semua) selalu menginstrogasi tanpa
melihat kondisi, jelas-jelas darah adikku itu benar-benar keluar terus. Dan
butuh waktu setengah jam untuk membawa dia ke rumah sakit. Kakakku yang melihat
wisnu itu seperti ling-lung sehingga dikira polisi adikku itu mabuk. Padahal
dia sedang tidak sadar karena meminum obat sakitnya Bapak.
Aku
baru dikabari ibu paginya, dan kebetulan saat itu sedang I’tikaf di Maskam.
Jujur perasaanku saat itu carut-marut. Antara aku pulang atau tidak. Karena
kata ibu jangan pulang dulu, entah kenapa? Ternyata ibu curhat sedang tidak ada
uang untuk biaya rumah sakit. Aku di Semarang membantu mencari uang untuk
membantu ibu karena luka adikku memang parah.
Itu
mungkin akan menjadi titik balik seorang wisnu, sungguh sekali lagi aku saat
itu merasa seperti ditimpa batu dadanya. Baru berkabung dengan kehilangan Bapak
belum satu bulan sudah dengar cobaan baru lagi.
Namun
batinku saat itu, jika ini adalah cara Allah mempercayakan hambanya dengan
segala hal yang ada hingga melihat seberapa kuat hambanya ini.
Kembali
keperbincangan dengan wisnu,”Untung aku enggak mati ya mbak?” “ Itu tandanya
Allah masih member kesempatan untuk kamu perbaiki diri kamu.”
Aku
ceritakan bahwa sebenarnya mudah saja bagi Allah mematikan hidup seseorang,
namun percaya deh nu, kalau Allah memberikan kesempatan ini bukan lah sembarang
kesempatan. Mungkin dari ribuan kesempatan yang ada ini yang sangat berharga.
Coba kamu pikirkan. Untuk saat ini mungkin kamu bukan orang yang baik, namun
sebenarnya Allah menciptakan manusia itu dengan misi mereka dari harfiahnya
yaitu menebarkan kebaikan.
Kesedihanku
sebenarnya ketika seorang adikku punya pikiran ingin mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri. Sekali lagi aku seperti bercermin, dulu sebelum aku menemukan titik
balikku saat awal masuk SMP sempat aku benar-benar merasa muak dengan semua
orang yang ada di sekelilingku yang membuatku merasa aku tidak pantas berada di
bumi ini, (akan di ceritakan lain waktu di “titik balik”) aku pernah mencoba
ingin bunuh diri, baru ingin. Tapi yang ini benar-benar sudah dan Allah masih
menyelamatkannya.
“Nu,
setiap orang punya cerita dan kisah hidup yang berbeda-beda mungkin ada
A,B,C,D. Namun satu yang harus kita ingat, disetiap kejadian dalam hidup kita
ada hikmah yang harus kita telaahi. Mungkin kita pernah melakukan ketidak
baikan dihari-hari sebelumnya sehingga banyak ketidak seimbangan dalam hidup
kita, makanya sering-seringlah kita mengingat Allah dengan solat yang baik.
Percaya deh dengan kebaikan yang kita lakukan akan memancarkan aura kebaikan
kita kelingkungan dan itu dapat membuat kita lebih percaya diri.”
Kadang
jalan kita untuk menaiki tangga titik balik itu memang akan banyak sekali
cobaan, tetapi selalu berusaha agar istiqomah terus menerus tanpa henti,
InsyaAllah segalanya akan lebih baik.
Wisnu,
aku percaya kamu akan menjadi seseorang yang berbeda dengan yang lain, jadilah
orang yang berbahagia di dunia ini, tebarkan aura kebaikanmu ke orang banyak.
Beranilah bercita-cita, tidak ada kata terlambat, asah terus keahlian mu.
Jadilah seorang imam yang baik suatu saat nanti. Ceritakan pada dunia, bahwa
berbagi kebahagiaan adalah kepentingan yang mutlak kita lakukan sebagai
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar